Kapolres Tanahdatar AKBP Teguh Trisasongko mengatakan pihaknya sudang mengantongi nama-nama yang diduga telah sengaja melakukan pembakaran Istano Silinduang Bulan, Minggu (21/3) pukul 01.20 WIB lalu.
"Setelah hasil Labfor keluar, dan dinyatakan kuat dugaan bahwa Istano Silinduang Bulan sengaja dibakar, maka kita langsung membuat tim khusus untuk melakukan penyelidikan. Tim sudah turun ke lapangan dan beberapa nama sudah kita kantongi," ungkap Teguh, Selasa (18/5) di Pagaruyung.
Kapolres didampingi Kasat Reskrim AKP Indra Rusdi ini, belum bersedia mengungkapkan nama-nama pembakar Istano kebanggaan masyarakat Tanahdatar tersebut.
"Karena ini masih dalam penyelidikan, kita belum dapat mengungkapkan di media, nanti timbul fitnah. Namun dalam waktu dekat nama-nama mereka akan kita buka," tegas Kapolres.
Ia menyebut asal api yang menghanguskan Istano Silinduang Bulan berasal dari lima titik api di tiang-tiang rumah gadang. Hasil Tim Labfor Polda Sumut tidak menyebutkan api yang cepat melalap dinding Istano disebabkan minyak tanah atau bensin.
Mantan Kapolres Mentawai ini menambahkan beberapa saksi sudah dimintai keterangan. Kesaksian mereka baru sebatas proses kejadian terbakarnya Istano, orang-orang yang dekat dengan kerabat Kerajaan Pagaruyung serta mereka yang juga punya konflik seputar penobatan Pewaris Kerajaan Pagaruyung.
Sebelumnya, Tim Laboratorium Forensik Polri telah melakukan pemeriksaan di 12 titik di lokasi kebakaran Istano Si Linduang Bulan. Beberapa sampel seperti abu, arang, dan kabel listrik sudah dibawa Labfor Polda Sumut.
Ketua Tim Labfor Polri AKBP Sodiq Pratomo, SSi.MSi menyebut penyebab kebakaran bisa dari alam, listrik, bahan kimia, mikrobiologi, dan api terbuka seperti kelalaian dan kesengajaan.
Waktu itu Sodiq menyebut sumber api yang melalap Istano Si Linduang Bulan bukan berasal dari alam seperti petir dan bahan kimia.
Tim Labfor selain melakukan identifikasi lokasi, juga meminta keterangan kepada empat orang saksi yang melihat kebakaran tersebut terjadi yaitu, Rismawati, Hendri, Zul, dan Puti Reno Raudha Thaib.
Kebakaran Istano Si Linduang Bulan sudah yang keempat kalinya. Kebakaran pertama pada tahun 1569, kemudian tahun 1808, 1961, dan saat ini 2010.
Disebutkan, kebakaran yang terjadi sekitar Minggu hanya menghanguskan perlengkapan upacara kebesaran, makan, dulang, carano, duplikat silsilah dan ranji limbago, sedangkan benda-benda cagar budaya tidak terbakar.
Istano Si Linduang Bulan mulai diresmikan pemakaian pada 21 Desember 1989 oleh Pucuak Limbago Daulat Yang Dipertuan Rajo Alam Pagaruyung dan Niniak Mamak Nagari Pagaruyuang. Sedang secara pemerintahan diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi RI Soesilo Soedarman pada 23 Desember 1989.
Arsitek dan perancang bangun rumah gadang Istano adalah Ir. Syahrizal, Lulusan Fakultas Teknik Universitas Bung Hatta Padang (saat ini menjabat Sekretaris Dinas PU Kota Pariaman), yang membuat gonjong Malin Kayo, membuat ukiran Mak Uniang Syamsuar Hamid (alm).
Luas areal komplek Istano Si Linduang Bulan 0,5 Ha, ukuran rumah gadang Istano 28 x 18 meter, jumlah gonjong 7 buah, rangkiang 2 buah dengan nama Sibayau-bayau dan Sitinjau Lauik.
Pembangunannya dibantu dana H. Amunizal Amin Dt. Rajo Batuah, Azwar Anas Dt Rajo Sulaiman, dan Raja Negeri Sembilan Tuanku Ja'far. Sedangkan gagasan pembangunan dari dunsanak Malaysia yakni Tansri Dt. Raja Khalid dan Raja Syahminan.(Sumber Antara Sumbar)
0 komentar:
Posting Komentar