Pertarungan antara motorsport kelas 200 cc, bakal lebih seru dengan akan hadirnya Kanzen Roadwin 200 di pasaran. Lalu, bagaimana dengan sport yang baru saja launching ya? Kiranya bakal fight atau nggak!
Jangankan sampeyan, kita aja penasaran. Makanya Em-Plus coba komparasi soal fitur dan desain yang ditawarkan ke konsumen. Komparasi dilakukan antar tiga motor laki unggulan, Honda New Tiger Revolution, Bajaj Pulsar 200 DTS-I dan Kanzen Roadwin 200. Telaahan paling dominan adalah soal fitur yang jadi aspek utama konsumen membeli motor.
Ketiganya punya range harga di atas Rp 15 jutaan. Artinya, mereka tak hanya dipandang sebagai tranportasi daily use, tapi sudah masuk wilayah lifestyle, aktivitas hobi baik turing atau sekadat imej. Let’s see…
JARUM VS DIGITAL
Saat berkendara, pandangan mata kadang tak hanya tertuju pada jalan. Tetapi, ada kemungkinan kalau pengendara melakukan pengecekan sistem kerja motor lewat spidometer. Artinya, fungsi spido jangan dianggap remeh.
Nah di antara ketiga motor sport itu, spidometer milik Bajaj Pulsar tergolong canggih. Itu karena Pulsar menawarkan teknologi digital. Bukan lagi jarum untuk menunjukan angka kecepatan dan odometer.
Begitunya, pengendara tidak perlu membuang waktu sedikit lebih lama ketimbang membaca angka kecepatan yang dipandu jarum. Jadi, konsentrasi pengendara untuk tetap memperhatikan jalan di depan sedikit lebih besar.
Justru sedikit lebih menarik kalau komparasi spidometer dilakukan antara New Tiger Revo dengan Roadwin 200. Ketika Tiger menawarkan konsep berbeda macam A-simetris, maka Roadwin justru tampil layaknya spidometer Tiger generasi lama.
Ya! Dengan konsep panel dasar putih, bentuk dan model indikatornya pun tidak jauh beda. Mungkinkah seharusnya Roadwin sedikit lebih canggih? Mengingat konsep desain bodi dan sasis yang ditawarkan layaknya streetbike ala Italia.
Untuk soal ini Edi Setiadi pengamat desain dan dosen FSRD ITENAS memberi gambaran. Yang jelas desain di spidometer haruslah informatif. Untuk Honda dan Kanzen misalnya, petunjuk bahaya dalam kecepatan tertentu tidak tertera. Sedang dalam Bajaj, konsep digital lebih memudahkan pengamatan. “Apalagi petunjuk di luar kecepatan dan RPM tergolong lengkap. Di sisi ini spido Bajaj jelas unggul,” kata Edi.
PENDINGINAN LEBIH
Bajaj Pulsar terasa lebih jeli untuk mendekati konsumennya. Ini terlihat dari fitur pendinginan lebih yang ditawarkan. Meski hanya sebatas oil cooler, bukan radiator, tapi tentunya fitur ini tak ada di dua kompetitornya.
Begitunya, gejala mesin terlalu panas pun bisa diredam. Dan juga, mutu oli tetap terjaga akibat sirkulasi yang dilakukan lewat oil cooler itu. Sementara, di Honda New Tiger Revolution dan Kanzen Roadwin 200 tetap mengaplikasi pendingin udara.
MONO VS DUAL SHOCK
Teknologi model sok belakang juga jadi pertimbangan kala konsumen membeli motor. Betul? Nah, di antara ketiganya, Kanzen Roadwin 200 menawarkan konsep monosok. Sedang dua kompetitornya tetap bertahan dengan gaya dual atau dua sok belakang. Untuk soal fungsi, kemampuan atau kestabilan sok dua juga enggak kalah hebat sih. Sebab dari Honda New Tiger Revolution dan Bajaj Pulsar 200 juga menawarkan peredam kejut yang dilengkapi dengan fitur gas. So, empuk dong!
Kalau bicara estetika tentu lain lagi. Virus atau tren motor modern adalah clean and simpel. Apalagi untuk yang bergaya sporty seperti yang ditawarkan ketiganya. Di sini gaya monosok tentu lebih dilirik dan up to date. Di soal ini, Kanzen boleh bangga!
LED LAMP
Buat penerangan di lampu belakang, nampaknya Kanzen kudu mengalah dengan Tiger dan Pulsar. Itu karena kedua kompetitornya mengaplikasi model LED. Begitunya selain daya pancar cahaya yang dihasilkan kompetitor lebih terang, juga lebih hemat arus listrik.
Soal bentuk, desain lampu yang ditawarkan Pulsar dan Tiger pun enggak kalah menarik. Dengan mika putih, lampu belakang Bajaj terlihat futuristik. Githu juga dengan New Tiger yang membedakan antara mika lampu rem dengan lampu malam. Jadi lebih mudah dicermati pengendara di belakang. Ngomong soal Lampu. Desain Tiger berani tampil beda lewat konsep asimetrisnya
DESAIN BODYWORK SECARA KESELURUHAN
Konsep double down tube yang dipakai Kanzen lumayan mencuri perhatian. Apalagi desain yang dia pilih cukup clean dan simpel. Lekukannya juga minimalis tanpa mengesampingkan kesan gahar di motor laki. Yang pasti, pilihan monosok jadi keunggulan yang berdampak pada desain keseluruhan.
Honda dan Pulsar lain lagi. Untuk Honda, kesan futuristik khas cruiser Eropa lewat asimetris dan detail yang rapi jadi pertimbangan. Apalagi motor ini ada dalam naungan pabrikan yang sudah melegenda di benak bikers Indonesia.
Sedang Bajaj sebagai new comers, cukup berani dengan desain brasa Italia-nya. Buntut meruncing dengan desain lampu yang ekstraordinary jadi evaluasi tersendiri. “Tapi di soal streamline, Honda lebih terasa,” nilai Goy Gautama, dosen senirupa ITB yang juga pengamat desain motor asal Bandung. Ia juga didaulat jadi juri di MOTOR Plus Award 2008 bersama Edi Setiadi.(Sumber: Motor Plus Online)
0 komentar:
Posting Komentar